WASHINGTON, KOMPAS.com - Perusahaan keamanan jaringan internet, McAfee, Rabu (18/11), mengingatkan bahwa China, Prancis, Israel, Rusia, dan AS adalah sejumlah negara yang sedang mengembangkan senjata cyber.
"McAfee mulai memperingatkan adanya perlombaan senjata cyber lebih dari dua tahun lalu, tapi kini kita sedang menyaksikan fakta bahwa ancaman itu nyata," kata Dave DeWalt, presiden dan kepala eksekutif McAfee Inc.
McAfee yang berbasis di Santa Clara, California, AS ini, dalam laporan tahun kelimanya bertajuk "Virtual Criminology Report" menyebutkan bahwa China, Prancis, Israel, Rusia, dan AS telah mengembangkan "kemampuan cyber ofensif nan canggih."
Dikatakan bahwa kecenderungan serangan cyber dengan sasaran politik terus meningkat, meskipun para pakar tidak bersepakat mengenai adanya perang cyber. Di antara banyak kasus yang tersebutkan dalam laporan itu adalah kampanye perang cyber pada Agustus 2008 antara Georgia melawan kaum nasionalis Rusia selama perang Ossetia Selatan dan serangan cyber pada Juli 2009 terhadap situs-situs milik pemerintah AS dan Korea Selatan yang diyakini oleh sejumlah pakar dilakukan oleh Korea Utara.
"Hampir setahun terakhir ini, serangan cyber bermotif politik telah meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan, karena membidik target-target seperti Gedung Putih, Departemen Dalam Negeri, Dinas Rahasia AS, dan Departemen Pertahanan di AS sendiri," kata McAfee.
McAfee mengungkapkan apa yang disebut "Perang Dingin Cyber" tampaknya tengah terjadi. "Ketika kita belum menyaksikan adanya perang cyber yang panas antara negara-negara besar, upaya negara bangsa untuk membangun kemampuan serangan cyber yang bertambah canggih yang pada beberapa hal ada hasrat untuk menggunakannnya, menunjukkan bahwa 'Perang Dingin Cyber' telah dimulai," paparnya.
No comments:
Post a Comment